BANDAR LAMPUNG, BEM U KBM UNILA — Memasuki era normal baru, masyarakat Indonesia mulai kembali menjalani aktivitas seperti biasa. Namun, demi menjaga keselamatan dan kesehatan para siswa dan mahasiswa, sejumlah sekolah dan universitas menerapkan sistem online atau virtual tanpa tatap muka langsung. Bagi masyarakat umum sistem ini lebih dikenal dengan istilah belajar daring.
Daring adalah akronim dalam jaringan, menurut KKBI Kemendikbud pusat, yang artinya terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagianya. Kegiatan belajar mengajar kini dilakukan secara daring, termasuk pada saat pemberian tugas. Belajar daring adalah metode belajar yang menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System (LMS). Seperti menggunakan Zoom, Google Meet, dan lainnya. Apa bedanya dengan belajar luring? Sistem belajar luring adalah sistem pembelajaran yang memerlukan tatap muka. Menurut KBBI Kemendikbud, luring adalah akronim dari luar jaring(an); terputus dari jejaring komputer.
Tips Belajar Daring
Karena masih banyak yang awam tentang belajar Daring di Rumah, banyak yang bertanya bagaimana tips untuk belajar daring. Belajar daring memiliki tantangannya sendiri. Berbeda dengan luring, siswa/mahasiswa bukan hanya membutuhkan suasana mendukung untuk belajar, tetapi juga koneksi internet yang memadai.
Namun, proses pembelajaran yang efektif juga tak kalah penting. Lantas, bagaimana caranya siswa atau mahasiswa dapat bejalar daring dengan efektif? Komunikasi harus berjalan baik antar tenaga pengajar dan murid atau mahasiswa saat melakukan video call.
Tenaga pengajar dan Siswa/Mahasiswa Harus Aktif
Manajemen waktu bagi para siswa atau mahasiswa sangat penting. Meski belajar di rumah, pastikan siswa/mahasiswa membuat list tugas mana yang sudah dikerjakan dan tugas mana yang harus segera diselesaikan sesuai tenggat waktu yang diberikan pengajar. Meski belajar daring tidak memungkinkan terjadinya tatap muka, pelajar harus tetap dapat bersosialisasi dengan teman-teman lainnya.
Hal ini untuk mengasah kemampuan bersosialisasi dan tentu saja menjaga silaturahmi agar saat tatap muka sudah dimulai kembali tidak menjadi asing. Belajar daring juga memiliki tantangan tersendiri. Karena dianggap lebih bebas dan fleksibel, peserta didik justru dituntut untuk memiliki komitmen melakukan pembelajaran secara mandiri di rumah.
Bagi siswa TK dan SD, Belajar daring memiliki tantangan dalam pengawasan agar peserta didik terus melakukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan waktu belajar tatap muka. Karena itu, selain kesediaan perangkat teknologi seperti smartphone atau laptop serta jaringan internet yang harus tersedia, peran pengawasan orangtua juga dibutuhkan agar proses belajar daring berjalan lancar.
Sebelum jam belajar dimulai, persiapan harus teliti agar tidak kehabisan daya saat di tengah proses belajar. Perangkat yang dibutuhkan, baik itu laptop, smartphone, komputer maupun saklar listik harus dipastikan terhubung dengan jaringan internet yang baik, agar dapat mengakses platform belajar daring yang dibutuhkan tanpa kendala.
Kendala Belajar Daring
Setelah berlangsung beberapa waktu, ternyata proses belajar daring menemukan kendala yang dikeluhkan para orang tua. Salah satunya adalah biaya kuota internet yang mahal sehingga akhirnya menjadi dilema. Bagi siswa SMP/SMA belajar daring pun berpindah bukan lagi dari rumah tetapi dari warkop atau tempat-tempat yang menyediakan wifi gratis.
Apakah itu efektif? Entah, karena menurut beberapa orang tua justru menimbulkan masalah baru, karena makin sulit untuk mengontrol kegiatan anak, apakah mereka benar belajar daring atau justru mengakses aplikasi lainnya.
Kuota Internet Gratis Sebagai Solusi
Kemendikbud akhirnya berinisiatif memberikan subsidi atau bantuan kuota internet. Melalui sekolah dan kampus masing-masing, siswa/mahasiswa diminta mendaftar nomor ponsel aktif untuk menerima bantuan kuota internet belajar selama 30 hari.
Tidak hanya siswa dan mahasiswa, guru dan dosen juga diberikan bantuan untuk melaksanakan belajar daring di rumah. Untuk siswa diberikan kuota 30 Gigabyte, Mahasiswa diberkan 50 Gigabyte, sedangkan guru dan dosen mendapatkan 42 Gigabyte. Akan tetapi, kuota ini hanya bisa digunakan untuk kegiatan belajar daring bukan untuk bermain media sosial atau permainan daring. Pendataan dilakukan sejak awal September hingga 11 September 2020 dan setelah 11 hari, bantuan ini bisa diterima oleh setiap siswa dan guru.
Dengan bantuan kuota internet ini, para siswa dan guru akan sangat dimudahkan dalam melaksanakan proses belajar daring atau belajar jarak jauh.
Editor : Dirjen Kementrian Komunikasi dan Informasi BEM U KBM Unila 2020